Jumat, 07 Desember 2012

Contoh Kasus Sebagai Pentingnya Pendidikan bagi Karakter Generasi Muda Bangsa

 
Beberapa waktu yang lalu saya sempat mendatangi polsek kecamatan saya, dimana kebetulan saya ingin mengurus surat keterangan hilang ATM dari kepolisian setempat untuk mengajukan pembuatan kartu ATM baru yang memang salah satu syarat bagi bank yang saya gunakan. Tepat setelah saya selesai mengurus surat tersebut -yang memang membutuhkan waktu hanya 15 menitan- saya mendadak terdiam... Seorang petugas melaporkan bahwa ada anak kecil berusia 13 tahun yang ditangkap pada saat itu karena kedapatan sedang mencuri sendal orang, dan anak itu ada di depan saya, meringkuk, menangis, dan dengan badan yang sangat kotor serta -yang paling membuat saya pilu- adalah luka lebam di wajah dan mungkin sekujur tubuhnya. sumpah ini bukan lebay, bukan soal keterampilan mendramatisir, sok tersentuh, atau apalah itu... Ini hanya sekedar jeritan hati seorang kakak perempuan yang juga mempunyai adik laki-laki persis seumuran bocah itu saat ini.

Ya, adik saya juga berumur 13 tahun. Meskipun menyebalkan, nakal, bahkan terkadang kurang sopan, tapi dia adalah anak yang baik, bergaul dengan baik bersama teman seumurannya, bebas bermain pada lingkungan yang sesuai porsinya, ya mungkin bisa dibilang tanpa beban. Karena adik saya, selayaknya anak-anak kebanyakan di negeri ini bisa mengenyam pendidikan dengan layak, tercukupi segala kebutuhannya dan mempunyai orang-orang disekitarnya yang senantiasa memperhatikan dan mendidik. Namun disayangkan sekali bahwa tidak semua anak bisa mendapatkan hak yang sama, semuanya bergantung pada dikeluarga mana ia dilahirkan dan tentunya yang paling penting yakni takdir dari yang maha kuasa. Karena sesulit apapun, hidup akan terus berlanjut, berputar, dan tidak tertebak. Saya pun sempat menguraikan air mata saat teringat akan anak yang meringkuk di polsek itu, karna teringat akan adik saya, membayangkan hal-hal aneh apabila adik saya berada di posisi dia, dan hal-hal lain yang sangat saya takutkan.




Namun naluri saya tetap sangat prihatin melihat sosok bocah itu, secara sadar saya langsung merutuki dalam hati dengah tingkah masyarakat yang seringkali melampaui batas kemanusiaan. Mereka terlalu diliputi rasa emosi sehingga seenaknya melalukan praktek "main hakim sendiri". Benar memang bocah itu salah, saya pun dengan tegas menyatakan dia salah. Patut diberikan sanksi. Namun kita tau negara ini mempunyai hukumnya sendiri, undang-undang yang sudah mengatur semua tentang hukum tersebut, jadi biarkanlah anak itu diserahkan saja kepada pihak berwenang untuk diberikan sanksi sesuai dengan perbuatan dan umurnya. Lagipula itu hanya sekedar sendal jepit yang saya percaya dan yakin untuk anda-anda sekalian kebanyakan di negeri ini sendal jepit itu sangat mudah untuk dibeli lagi. Okelah anak itu bersalah dan perlu diberi pelajaran untuk membuat dia jera, namun apakah harus memukulinya sampai lebam di wajah dan sekujur tubuh? dia masih berupa bocah ingusan yang pertahanan tubuhnya belum sekuat kalian, para orang tua yang sudah memukulinya... Apakah kalian tidak mempunyai cucu, anak, atau adik yang seumuran dengan dia??? jikalau memang tidak, coba bayangkan jika dia anak anda dan mencuri di tempat orang sehingga hendak dipukuli, maka saya yakin seratus persen anda akan melindunginya setengah mati.
Dan saya tiba-tiba teringat akan satu slogan :
Pendidikan adalah karakter bangsa

Itu benar. Karena pendidikan merupakan penopang karakter dari suatu bangsa. Bagaimana "wajah"dari pendidikan di suatu negara maka secara langsung akan mempengaruhi kehidupan sosial dari masyarakatnya. Mengapa karakter merupakan hal yang penting bagi suatu bangsa? jawabannya simple, karena karakter suatu bangsa merupakan penopang untuk kemajuan suatu bangsa dimana karakter tersebut dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan. Yang paling penting adalah untuk generasi muda. Bila saya ambil contoh anak tadi, sesuai judul tulisan ini, dia adalah "korban". Dalam hal kriminalitas yang ia lakukan, memang dia terbukti bersalah dan merupakan tersangka untuk sebuah kasus pencurian sendal. Tapi, tunggu dulu... Apabila kita melihat dari berbagai sisi kehidupan si anak, maka menurut saya dia adalah korban. korban dari tekanan hidup yang serba kekurangan finansial, korban dari situasi yang membuat dia melakukan hal buruk hanya untuk sekedar makan, dan korban dari sistem yang kurang baik dalam aspek pendidikan di negeri ini.

Dunia pendidikan kita menurut saya masih sangat belum merata, meskipun memang dari tahun ke tahun mengalami kemajuan terbukti dengan anak-anak di pedalaman yang mulai banyak bersekolah, namun negeri yang kaya akan sumber daya alam dan segala potensinya ini masih kurang baik dalam memanfaatkannya untuk kemajuan sumber daya manusia. Anak yang memiliki latar pendidikan yang baik, yang memiliki pengetahuan, kasih sayang yang cukup dari keluarga, maka tentunya akan mempengaruhi mental dan perilaku anak tersebut menjadi lebih baik. Heran sebenarnya melihat sebesar apa sumber daya alam yang dapat menghasilkan banyak keuntungan untuk negeri ini namun banyak juga dari anak bangsa yang tidak mendapatkan hak pendidikan dengan layak. Perlu ada perubahan besar dalam sistem di negara ini untuk mewujudkan mental dan karakter yang lebih baik untuk generasi muda.

2 komentar:

  1. sedih dan tersentuh saat membacanya
    semoga kejadian kejadian seperti itu tidak terulang kembali

    BalasHapus
  2. Amin :)
    Dibalik doa dan niat memang kita tau pentingnya realisasi yang harus dilakuin, sigap, cepat dan tepat.. baik itu dari pemerintah ataupun kita sendiri selaku masyarakat.

    BalasHapus